Sebelumnya Kesan Ketiga, Pria, dan Pra Rapat Perdana
Mataku tak bisa
lepas dari sosok wanita di ujung sana. Jarak kami terlalu jauh untuk saling
santap, tapi tatap matanya seakan ingin memangsaku. Berkali-kali aku
mengela nafas panjang. Skenario apa lagi
ini?
“Langsung dimulai
aja ya,” Pria mengedarkan pandangan kesegala penjuru. “Tujuan saya kumpulkan
kalian disini agar kalian bisa saling kenal. Kita perlu membangun sebuah
keharmonisan supaya project kita tidak berhenti di tengah jalan hanya karena
ada salah satu crew merasa tidak nyaman dengan kondisi tim kita. Untuk
membangun sebuah kerharmonisan itu kita perlu mengenal satu sama
lain. Kalian bisa menyebutkan nama, kota asal, tanggal lahir, mafa, dan mifa,”
senyum Pria menyembang. “Ohya, satu lagi, status hubungan,” tambahnya.
Sontak beberapa
orang yang duduk semeja pun heboh.
“Cukup! Untuk
menghemat waktu mari kita mulai sesi kenal mengenalnya. Dimulai dari..” Pria
memandangi kami satu persatu. “Nah, Rara aja deh.”
Aku melongo.
“Yang disebutin
apa aja?” aku berbisik pada Geraldy.
“Makane lek
rapat ki jo turu!” celetuk Banyu.
“Mas Ban,” aku
menunduk layu.
“Nama, kota
asal, tanggal lahir, mafa, mifa, plus status hubungan” jelas Pria
“Oh..” aku
berdiri sambil mengatur nafas sejenak. “Namaku Rara.
Asal Jawa Timur. Tanggal lahir sama kaya Pak Soekarno. Mafa es
krim. Mifa es krim.”
“Status
hubungan?” sahut Geraldy.
“Sudah terlalu
lama sendiri,” jawabku datar.
“Terimakasih,
Rara, atas perkenalan dirinya. Selanjutnya saya sendiri yang akan memperkenalkan diri.”
Pria berdiri, “Nama saya Pria asal Sukoharjo. Lahir tanggal 15 Maret 1993. Mafa
gudeg. Mifa Jus buah”.
“Buah apa e,
pri?” celetuk Banyu.
Pria melirik manusia berpolo hitam di sampingnya. “Skip.. Skip..” ucapku sambil mencegah Geraldy melempar kata-kata aneh lain.
“Yak, sekarang
giliran kamu..” seru Pria pada wanita berambut pirang sebahu, mengenakan kaos ketat, dan kerap mengibaskan rambut akibat kegerahan.
“Terimakasih,”
dia merapikan poninya. “Perkenalkan namaku Melania, biasa di panggil Mela.
Sudah berpengalaman di bidang make up artistic. Senang berkenalan
dengan kalian dan kamu..” dia menatapku tajam. “Rara” lanjutnya.
Hening. Hanya suara derap kaki pengunjung lain terdengar memekakkan telinga. Mata-mata di hadapanku bergantian mengamati wajah muramku dan senyum menang dari wajah Mela. Aku melirik ke arah Reo, dia hanya menunduk pasrah. Tamatlah aku.
Lambat terdengar tepuk tangan dari Pria, berusaha mencairkan suasana. "Terimakasih Mela, kamu bisa bisa duduk lagi."
***
"Saya antar pulang ya," suara Pria mengejutkanku.
"Masih disini? Aku kira sudah pulang."
"Belum," Pria naik diatas motorku. "Ayo, saya antar."
"Terus kamu pulangnya gimana?"
"Saya bisa minta jemput sama Reo," Pria melambaikan tangan pada Reo.
Ragu-ragu Reo melangkah kearah kami. "Ngapa?"
"Sesudah antar Mela pulang tolong jemput saya di kos Rara bisa?"
Reo memandangku lama. "Bisa tukeran aja gak?" ucap Reo sambil melangkah pergi.
"Gimana, Re? Bisa gak?" Pria sedikit teriak.
Reo mengangkat ibu jarinya sambil berlalu.
***
"Saya antar pulang ya," suara Pria mengejutkanku.
"Masih disini? Aku kira sudah pulang."
"Belum," Pria naik diatas motorku. "Ayo, saya antar."
"Terus kamu pulangnya gimana?"
"Saya bisa minta jemput sama Reo," Pria melambaikan tangan pada Reo.
Ragu-ragu Reo melangkah kearah kami. "Ngapa?"
"Sesudah antar Mela pulang tolong jemput saya di kos Rara bisa?"
Reo memandangku lama. "Bisa tukeran aja gak?" ucap Reo sambil melangkah pergi.
"Gimana, Re? Bisa gak?" Pria sedikit teriak.
Reo mengangkat ibu jarinya sambil berlalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar